Kamis, 10 Oktober 2024

[kesan mendengar] THE KICK

 


Beberapa hari belakangan ada dua nama band dengan nuansa britania yang kuat berseliweran di timeline ku, The Jeblogs dan juga The Kick. Entah sejak kapan trending berita mengenai mereka berdua dimulai, tapi terus saja ada muncul kalimat - kalimat yang membahas mereka. Ahhh, sungguh penasaran. Maka di sebuah sesi santai dikala maghrib sehabis pulang bekerja maka rasa penasaran ini harus segera dibayar tuntas.

Setelah mendengarkan kedua band itu, pilihan kujatuhkan pada The Kick sebuah unit rock asal Kotagede, Yogyakarta. Ahh, belum juga hilang dari ingatanku euforia mengenai The Glad juga tentu saja sang legenda Oi asal Yogyakarta yaitu DOM 65 yang masih tetap aktif merilis karya. Kini ada lagi band muda keren yang memainkan musik ala - ala punk/rock Inggris tahun 70an dimana ingatanku langsung melayang kepada The Buzzcocks. Ingatanku juga melayang ke tahun 2022 saat ketika aku mencoba ingin membuat band dengan style 70s britain punkrock ini bersama teman - teman. Sayang sekali proyek itu terhenti karena menemui kebuntuan. Ahh sudahlah.

Yang aku suka dari band - band seperti The Kick ini, atau The Glad, DOM 65, atau yang paling well-known mungkin The Jansen adalah bagaimana mereka bisa menggunakan bahasa Indonesia dengan sangat lugas dan enak didengar sebagai lirik lagunya. The Kick berhasil memadukan suara gitar berdistorsi kasar dengan ketukan punkrock mid-tempo serta suara vokal  dengan sangat apik, tidak ada yang terlalu tenggelam, dan tidak ada juga yang terlalu kedepan. Belum lagi rumus perkawinan antara gitar down stroke dan suara hi-hat 16note bagaikan menu wajib bagi musik 70s punk, ahh nikmat.

Sebenarnya bagi yang tidak familiar dengan punk rock (atau mungkin bagi mayoritas pendengar rock) akan merasa musik seperti The Kick ini cenderung monoton dan membosankan. Tapi menurutku mereka masih bisa menampilkan dinamika dalam musik mereka, kerja sama suara saling silang mengisi satu sama lain juga pas, serta karena ini bukan tipikal lagu punk rock yang teriak - teriak maka The Kick masih tergolong easy listengin untuk dihayati setiap kata dalam liriknya.



Kamis, 08 Agustus 2024

Jerones 343 - STILL LIFE , STILL SUCKS

 

Badsicknal Distro (dulu berlokasi  kira - kira delapan belas tahun yang lalu, adalah kali pertama aku melihat nama band JERONES 343. Sebuah kotak kaset pita berwarna oranye dengan gambar cover depan sederhana (rip-off gambar kartun Simpson memegang bendera A dalam lingkaran) dan bertuliskan VIVA LA REVOLUTION. Berbagai komposisi pogo punk rock dengan bunyi yang kentara banget karakter "tang tang tang" nya. Hampir seluruh lagu berlirik dengan nuansa sungguh kritis. Lagu "Kembali/Curi Kembali"1 adalah yang paling melekat. Jerones 343 sendiri adalah band yang personilnya hampir semua adalah sosok - sosok angkatan awal scene punk di kota Pontianak. Mulai dari mereka masih nongkrong di Deep Forest Scum, kemudian memulai tongkrongan Siloam Street Punk, hingga semakin mendalam dengan menggeluti aktivitas distribusi "produk skena"(rilisan, zine, merch, infoshop, dll) melalui North South Distro, naik dan turun, aktif dan sesekali hilang sejenak, namun mereka adalah sosok - sosok yang terus konsisten ada di scene musik underground Pontianak.



Dua puluh lima tahun berlalu, kini akhirnya Jerones 343 merilis album baru lagi. Memang bukan waktu yang pendek (atau ini sesungguhnya waktu yang terlalu panjang??), terlebih lagi kalau kita lihat sesungguhnya hampir setengah dari lagu - lagu di album ini adalah lagu lama mereka yang direkam dengan formasi dan aransemen yang baru. Tapiii, album ini sungguh menyenangkan untuk didengar, cukup segar untuk dinikmati, dan sesungguhnya jika kalian mengenali dan mengetahui bagaimana mereka berproses selama 25 tahun, album ini masih patut dirayakan!!! Jerones 343 menampilkan karya lama dengan cara mereka yang baru, tidak hanya formasi yang baru, tapi juga gaya musik, karakter suara, termasuk berkolaborasi dengan teman - teman generasi sekarang. 

Aku lupa kapan tepatnya, sepertinya empat hingga lima tahun yang lalu deh, itu adalah kali pertama aku melihat perubahan konsep musik Jerones 343. Kala itu mereka menambah satu personil baru untuk mengisi posisi gitaris. Jerones 343 dengan konsep musik yang seperti tadi di paragraf pertama aku gambarkan, kala itu tampil dengan konsep musik punk rock yang menyerempet gaya d-beat rock n roll. Sebuah percampuran antara ketukan drum d-beat, riff gitar dan shredding rock n roll, dan keduanya tetap dibalut dengan semangat dan amarah punkrock. Gitaris terkini mereka, dari nama akun twitternya saja sudah Rudi The Shredd dan seorang penggila ampli tabung garis keras, menghadirkan nuansa rock n roll (atau bahkan Hard Rock??) yang bersanding dengan ketukan drum d-beat penuh fill in kreatif dari Ozzy yang selalu punya karakter kuat di setiap band yang dia singgahi, menghasilkan musik punk rock yang sangat segar bagi Jerones 343. 

Beberapa lagu diisi dengan isian riff dan bahkan melodi rock kental, seakan - akan AC/DC ataupun Motley Crue dimainkan dengan tempo sedikit lebih cepat dan disahut dengan teriakan vokal Wendy yang juga menurutku sedikit berubah di album ini. Lagu "Jerones" yang dulu pada bagian Reff nya meneriakkan "Oi anjing jeron anjing!", kini diubah menjadi "Oi Maju Jeron Maju!!". Dan lagu "Curi Kembali" hadir dengan total nuansa baru, mulai dari aransemen dan juga kehadiran Ade-Fight For Free sebagai vokal tamu, hingga bagian bait pertama dan penutup lagu yang diubah dengan ketukan traditional blast beat ala-ala band fastcore. Jangan lupakan juga lagu "Semalam Di Pontianak" (sepertinya ini lagu baru??), sebuah lagu tempo santai yang cocok banget untuk sound track nongkrong buda Pontianak menuju jam 11 malam.

Album "Still Live, Still Sucks" ini mungkin tidak memberi kita sebuah inovasi yang baru dari banyak atau bahkan ratusan album punkrock lainnya yang pernah ada, tapi album ini sangat segar, baru, dan sekali lagi layak untuk merayakan eksistensi 25 tahun mereka. Semoga saja karya ini bukan akhir dari kreativitas dan produktivitas mereka, tapi jikalaupun tidak akan ada lagi Jerones 343, kita bisa mengingat dan bisa melihat bukti fisik dari sebuah band dan orang - orang yang memberi kesan dan tentu saja pengaruh bagi banyak anak muda penggila punkrock di Pontianak.





1 Beberapa tahun kemudian, frasa "Curi Kembali" ini akhirnya aku temukan dalam berbagai literatur anarkis atau bahkan lagu protes. Ternyata frasa ini memiliki makna dan bisa menjadi implementasi yang jauh lebih dalam bagi kita ketika memandang hidup ini dalam belenggu sistem kapitalisme. Silahkan cek beberapa tautan berikut :

Senin, 19 Februari 2024

Bike Camp - Pantai Dungun Laut, Jawai-Kab.Sambas [Kalimantan Barat-INDONESIA]


Lokasi Pantai Dungun Laut : https://maps.app.goo.gl/hsXNgtET5t8R13jX7


Perjalanan dari Pontianak menggunakan bis malam. Tiba di Pemangkat sekitar jam 5 subuh. Lanjut naik kapal menyeberang dari dermaga Penjajap di Pemangkat menuju dermaga Sungai Batang di Jawai dengan harga tiket Rp 7.000,-.
Bersepeda dari dermaga Sungai Batang menuju Pantai Dungun Laut sambil melintasi tepian pantai (dimulai dari Pantai Batu Lapak-Pantai Putri Serayi-Pantai Wisata Bahari) sejauh kurang lebih 11,8 KM.

Pantai Dungun Laut adalah pantai yang sepi, kebutuhan makan lebih baik dibawa terlebih dahulu atau bisa pergi belanja ke beberapa warung di Desa Dungun ataupun di Pasar Sentebang (berjarak 3KM dari pantai Dungun Laut). Cuma ada dua warung di tepi pantai Dungun, camping bisa dilakukan di halaman warung ataupun di area lainnya. Tidak perlu ada izin resmi kepada otoritas setempat, tapi kalau mau pemberitahuan cukup kepada kepala dusun saja.

Perjalanan pulang melalui dermaga penyeberangan Perigi Piyai menyeberang ke dermaga Kuala Tebas. Lanjut bersepeda dari Tebas hingga ke Singkawang.





















#bikecamp
#bikecamping
#pantai
#sepeda
#sepedagunung
#jawai
#sambas
#pantai
#dungunlaut